Seperti halnya kaidah jurnalistik yang harus skeptis dan kritis maka selayaknyalah kita perlakukan sama kepada para jurnalis dan media. Berikut adalah penuturan Edy A Effendi, seorang mantan redaktur budaya di SKH Nasional Media Indonesia terkait polah tingkah media massa. Ini saya ambil dari kultwit beliau di twitter dengan akun @eae18. Silahkan dicermati ;
1. Media Massa dikalahkan pemodal dan iklan. Mrk pasti berargumen, iklan itu gizi dan halal. Oke. Tapi bagaimana dengan iklan pesan sponsor?
2. Iklan yang lahir dari elit partai untuk menjatuhkan kubu yang bersebarangan? Iklan elit partai dikemas dengan berbagai cara. Misalnya....
3. elit partai menyodorkan data-data partai lain/tokoh partai lain yang akan dihabisi/dibully. Biasanya prosedur ini lewat pintu belakang
4. Pintu belakang itu melalui desk polkam atau penjaga halaman pertama. Tentu bagian iklan tak diberitahu karena ini "gizi" tambahan redaksi
5. Biasanya pemred pun tak tahu karena ini permainan antar penjaga halaman. Gizi dimakan antar mereka. Atau ada juga pesanan pemred
6. Pesanan pemred ini sudah kelas kakap yang ikut main. Pemred bisa saja berpura2 bhwa isu A misalnya, layak diangkat dg berbagai apologi
7. Tapi krn kawans di desk polkam n penjaga halaman satu paham permainan ini, biasanya pemred pun beritahu mrk. Ini praktik di media manapun
8. saya punya banyak bukti untuk kasus ini atau permainan "tiki taka" di kalangan media massa. Maka yg dirugikan dr kasus sprti ini pembaca
9. Acara talkkshow atau dialog di televisi atau acara investigasi, sangat sering dimasuki "roh jahat" para penjaga desk. Gak usah ngelak lah
10. Yang kering ya penjaga budaya, khususnya cerpen dan puisi. bertahun-tahun sy bekerja menyeleksi cerpen n puisi kawans penyair n cerpenis
11. ladang budaya, khususnya cerpen n puisi, ladang kering. Ladang basah di desk polkan, metropolitan dan ekonomi. Ini gila-gilaan
12. Banjir uang para wartawan di desk polkam dan metropolitan, akan datang jika pemilu tiba atau pilkada gubernur/walikota/bupati
13. Pilgub DKI Jakarta, hampir media massa, baik cetak, televisi dan portal online, panen. Bisa nyampe ratusan miliar. Gak usah mengelak ya
14. Saya punya beberapa data media massa ketika Pilgub DKI menerima miliaran rupiah. Pestalah mereka. Jadi sngt wajar jk mereka berpihak
15. Selain unsur pers yg panen, biasanya LSM2 jg ikut kebanjiran rupiah. Mrk dpt gelontoran lembaga LN. Alasannya tuk pelayanan masyarakat
16. Maka tak heran, jika banyak aktivis yg berpihak ke calon tertentu. Nuansanya tak hanya perubahan kepemimpinan tp jg soal uang
17. Jadi saudara-saudaraku yang budiman, masih percaya pada pers dan LSM jg aktivis? ya silakan saja jk terus-menerus m au dibodohi
Demikian semoga semakin mencerahkan dan membuka mata kita terhadap apa yang terjadi dengan pers kita yang kita dapati semakin hari semakin tidak jelas.
1. Media Massa dikalahkan pemodal dan iklan. Mrk pasti berargumen, iklan itu gizi dan halal. Oke. Tapi bagaimana dengan iklan pesan sponsor?
2. Iklan yang lahir dari elit partai untuk menjatuhkan kubu yang bersebarangan? Iklan elit partai dikemas dengan berbagai cara. Misalnya....
3. elit partai menyodorkan data-data partai lain/tokoh partai lain yang akan dihabisi/dibully. Biasanya prosedur ini lewat pintu belakang
4. Pintu belakang itu melalui desk polkam atau penjaga halaman pertama. Tentu bagian iklan tak diberitahu karena ini "gizi" tambahan redaksi
5. Biasanya pemred pun tak tahu karena ini permainan antar penjaga halaman. Gizi dimakan antar mereka. Atau ada juga pesanan pemred
6. Pesanan pemred ini sudah kelas kakap yang ikut main. Pemred bisa saja berpura2 bhwa isu A misalnya, layak diangkat dg berbagai apologi
7. Tapi krn kawans di desk polkam n penjaga halaman satu paham permainan ini, biasanya pemred pun beritahu mrk. Ini praktik di media manapun
8. saya punya banyak bukti untuk kasus ini atau permainan "tiki taka" di kalangan media massa. Maka yg dirugikan dr kasus sprti ini pembaca
9. Acara talkkshow atau dialog di televisi atau acara investigasi, sangat sering dimasuki "roh jahat" para penjaga desk. Gak usah ngelak lah
10. Yang kering ya penjaga budaya, khususnya cerpen dan puisi. bertahun-tahun sy bekerja menyeleksi cerpen n puisi kawans penyair n cerpenis
11. ladang budaya, khususnya cerpen n puisi, ladang kering. Ladang basah di desk polkan, metropolitan dan ekonomi. Ini gila-gilaan
12. Banjir uang para wartawan di desk polkam dan metropolitan, akan datang jika pemilu tiba atau pilkada gubernur/walikota/bupati
13. Pilgub DKI Jakarta, hampir media massa, baik cetak, televisi dan portal online, panen. Bisa nyampe ratusan miliar. Gak usah mengelak ya
14. Saya punya beberapa data media massa ketika Pilgub DKI menerima miliaran rupiah. Pestalah mereka. Jadi sngt wajar jk mereka berpihak
15. Selain unsur pers yg panen, biasanya LSM2 jg ikut kebanjiran rupiah. Mrk dpt gelontoran lembaga LN. Alasannya tuk pelayanan masyarakat
16. Maka tak heran, jika banyak aktivis yg berpihak ke calon tertentu. Nuansanya tak hanya perubahan kepemimpinan tp jg soal uang
17. Jadi saudara-saudaraku yang budiman, masih percaya pada pers dan LSM jg aktivis? ya silakan saja jk terus-menerus m au dibodohi
Demikian semoga semakin mencerahkan dan membuka mata kita terhadap apa yang terjadi dengan pers kita yang kita dapati semakin hari semakin tidak jelas.
No comments:
Post a Comment